Rabu, 03 Desember 2025

Generasi Muda Saat Ini di Indonesia 'Antara Kreativitas, Kegalauan dan Harapan untuk Masa Depan’

  • 03 November 2025 21:54 38 Dilihat

Generasi muda Indonesia terutama Generasi Z, hidup di persimpangan antara kreativitas dan kegalauan (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)

Ragam Opini, Pustakawarta.com - Siapa sebenarnya generasi muda di Indonesia saat ini? Mereka dikenal sebagai Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, dibesarkan di era digital, serta hidup dalam situasi perubahan sosial yang sangat cepat. Angka mereka juga cukup mengesankan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, tercatat ada lebih dari 64 juta pemuda, sekitar 20% dari seluruh populasi Indonesia.

Jumlah tersebut bukan hanya sekadar data. Di tangan para pemuda inilah masa depan bangsa dipertaruhkan dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, hingga politik. Namun, apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi tanggung jawab besar ini?

Tidak dapat disangkal, generasi muda sekarang adalah kelompok paling terampil dalam teknologi dalam sejarah Indonesia. Berdasarkan informasi dari Developing Telecoms (2024), akses internet di Indonesia mencapai 79,5%, dan di kalangan Generasi Z mencapai 87%. Media sosial menjadi tempat bagi mereka untuk mengekspresikan diri, belajar hal-hal baru bahkan berbisnis.

Banyak yang berhasil mengembangkan karir di bidang digital mulai dari content creator, desainer grafis, penulis lepas, hingga pengusaha daring. Dunia maya telah menyediakan peluang bagi orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki akses. Kini, siapa pun dapat “menyuarakan pendapat” dan “memberi dampak”.

Namun, di balik semua kemewahan itu, terdapat sisi lain yang jarang dibahas.

Masalah di Balik Kilau Layar

Data BPS (2025) mencatat bahwa tingkat pengangguran di kalangan pemuda (usia 15-24 tahun) masih cukup tinggi, yaitu 16,16%. Bahkan, sekitar 23,79% dari anak muda termasuk dalam kategori NEET  tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak berpartisipasi dalam pelatihan.

Di sisi lain, survei kesehatan mental nasional (I-NAMHS, 2022) menemukan bahwa 15,5 juta remaja menghadapi masalah psikologis seperti kecemasan, stres, dan depresi.

Kondisi ini menciptakan dilema besar, generasi yang memiliki potensi luar biasa ternyata banyak yang merasa kehilangan arah. Tekanan sosial, ekspektasi kesuksesan yang tinggi, serta budaya perbandingan di media sosial membuat sebagian anak muda kesulitan menemukan makna hidup dan jati diri mereka.

Banyak di antara mereka merasa perlu untuk “selalu produktif”, meski tidak semua yang dilakukan harus menjadi prestasi.

Generasi Muda Bukan Sekadar Konsumen, Melainkan Penggerak

Walaupun menghadapi berbagai tantangan, generasi muda Indonesia patut diperhitungkan. Generasi Z dikenal adaptif dan peka terhadap isu-isu sosial. Kita bisa melihat bagaimana mereka secara aktif menyuarakan masalah lingkungan, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Mereka tidak ragu untuk mengkritik kebijakan publik atau memulai gerakan sosial melalui platform digital.

Dari segi ekonomi, kontribusi anak muda sangat berarti. Menurut The Jakarta Post (2024), generasi Z menyumbang sekitar 25% dari total konsumsi nasional ini menunjukkan bahwa mereka bukan hanya pengguna tren, tetapi juga motor penggerak perekonomian.

Generasi ini juga mulai berpikir secara lebih mendalam, bukan hanya mencari pekerjaan dengan gaji tinggi, tetapi juga pekerjaan yang memiliki nilai. Mereka mulai menunjukkan minat terhadap kewirausahaan sosial, bisnis yang berkelanjutan, hingga inovasi yang berbasis komunitas.

Bonus Demografi, Kesempatan dan Tantangan

Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi hingga tahun 2030/2035, di mana sebagian besar penduduk berada pada usia produktif. Ini adalah kesempatan berharga, tetapi juga menjadi tantangan berat.

Jika anak muda diberikan kesempatan untuk tumbuh melalui pendidikan yang relevan, dukungan kesehatan mental, dan lapangan kerja yang sesuai maka Indonesia berpotensi menjadi kekuatan besar di kawasan Asia Tenggara.

Namun, jika potensi ini tidak diarahkan dengan baik, bonus demografi dapat berubah menjadi masalah demografi, banyak pemuda yang tidak memiliki pekerjaan, kehilangan motivasi, dan merasa apatis terhadap masa depan.

Dari “Generasi Rebahan” ke “Generasi Perubahan”

Istilah seperti “generasi rebahan” atau “generasi instan” sering kali ditujukan kepada anak muda saat ini. Namun, mungkin kita yang lebih dewasa perlu berusaha untuk memahami mereka dengan lebih baik. Di balik kecanggihan ponsel dan cara hidup yang serba cepat, terdapat semangat untuk menemukan arti kehidupan dan keinginan untuk memberikan kontribusi.

Pemuda Indonesia bukan hanya generasi penerus  mereka adalah perancang masa depan. Tugas kita bersama adalah memastikan mereka memiliki tujuan, dukungan, dan peluang untuk mewujudkan potensi yang ada. (Jilly Ortega)

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu